Rabu, 20 Januari 2016

Pengalam saat praktek di klinik Bd. Y



Hai guys, saya Milahwati sekarang ingin berbagi cerita nih tentang pengalaman saya sewaktu saya praktek di klinik Bd. Y selama 3 minggu di daerah Sangiang Total, Tangerang dari 23 November-12 Desember 2015, simak ya ceritanya hehe ^_@..
Waktu saya praktek disana, begitu banyak sekali hal yang baru saya dapatkan, ilmu dan pengetahuan tentang dunia kerja di kebidanan itu seperti apa? Hingga sekarang saya benar-benar menjadi tahu dan ngerasain bagaimana menjadi seorang tenaga kesehatan itu, apalagi pfopesi yang saya jalanin yaitu bidan ..
Awalnya saya benar-benar syok dan kaget banget dengan semua kegiatan yg di terapkan di klinik. bayangkan saja guys, di sana kerjanya di bagi jadi 2 sift, sift pagi dan sift sore. Sift pagi dari mulai jam 07.00-16.00 WIB dan sift sorenya dari jam 16.00-07.00 WIB. Dan kegiatan di sift pagi sama sift sore itu sangat berbeda. Bayangin guys, saya pertama kali dinas itu kan kebagean sift pagi dan pada saat itu juga saya langsung ikut terjun ke pasien. Memeriksa ibu hamil, Ibu KB, Ibu Nifas dan masih banyak lagi kegiatan-kegiatan lainnya. Tanpa kita diorientasi dulu, tanpa kita diorientasi tentang ruangan-ruangan di sana. Dan yang paling membuat saya kaget dan tak habis pikir kegiatan sift pagi selain itu adalah bersih-bersih seluruh ruangan, semua pokoknya di bersihin dari mulai nyapu, ngepel, lap-lap kaca, lap-lap dinding, sampai alkes lainnya yang kecil-kecil juga ikut dikeluarin terus dibersihin, gimana ga syok dan kagetnya saya baru pertama dinas udah seperti ini hehe ^_@ 
sedangkan kalo sift sore itu ga enaknya lama banget dinas nya hehe.. bayangin guys, dari jam 16.00-07.00 WIB waw banget kan, ngantuknya bukan main hehe.. apalagi kalo banyak pasien hehe .. tpi di sift sore itu menurut saya lebih banyak pengalamannya loh, karena pasien juga kebanyakan pada sore atau malem periksa ke klinik itu, kalo sift sore juga kebanyakan pasiennya ibu partus hehe.. jdi kita lebih banyak bisa nolong partus hehe...
Awalnya juga saya masih merasa canggung dengannya semuanya, dengan semua orang-orang dan semua kegiatannya hehe.. sangat susah untuk beradaptasi dengan lingkungannya. Sampai pernah saya suatu ketika berpikir kalau kakak-kakak bidan di sana pilih kasih terhadap kami. Merka hanya memprioritaskan anak kampus K saja, yang emang kebanyakan kakak-kakak bidan disana lulusan akbid K semua.
Tapi setelah beberapa hari berlalu saya dinas di sana, ternya saya salah menilai mereka, ternyata dibalik itu semua mereka sangat peduli, dan selalu memperhatikan tingkah dan kinerja kami saat dinas di sana. mereka bersikap seperti itu, karena mereka ingin memperkenalkan dunia kerja di kebidanan seperti apa? Bekerja di dunia kebidanan itu harus cekatan, aktif, dan terampil juga.
Dan salah satu pengalaman yang paling tidak bisa lupakan tau ga guys?
Saat saya kali pertamanya dipercaya oleh salah satu kaka bidan untuk langsung terjun menolong persalinan, pada tanggal 29 November 2015.. guys, bayangin saat itu saya langsung syok kembali dan hampir tidak percaya hehe.. meskipun saya baru praktek partus pandang saja, tapi saya orang pertama yang di percaya untuk menolong persalinan di banding teman-teman saya yang lain. Saya diajarin dari mulai observasi ibu, HIS, DJJ dan kebutuhan ibu yang lainnya. Pada saat proses persalinan berlangsung awalnya saya ragu dan ada rasa takut secara baru pertama kali saya melihat ibu bersalin dan langsung saya yang nolong persalinannya. Tapi seketika rasa takut saya di bunuh oleh saya keberanian saya untuk supaya yakin dan percaya bahwa saya bisa menolong persalinan tersebut. Hingga pada saat setelah bayinya lahir saya kembali syok dan tidak percaya kalau bayi yang saya tolong lahir dengan selamat. Bayi lahir dengan spontan, spontan langsung menangis, gerakannya pun aktif, dan warna kulitnya kemerahan. Serta berjenis kelamin perempuan dengan panjang badan 48 cm, berat badan 3200 gram.
Aduhh guys, sebenernya masih banyak sekali pengalaman yang ingin saya ceritakan… tapi kalo saya ceritakan saya ga menjamin kalo kalian masih kuat buat ngebcanya hehe ^_@ .. yang jelas saya sangat-sangat bertemerima kasih Ibu Y dan kakak-kakak bidan yang sudah ngajarin saya berbagai pengalaman yang baru, yang sebelumnya belum pernah saya dapatkan. Karena berkat mereka saya menjadi lebih tau dan mengerti tentang dunia kerja di kebidanan itu seperti apa.
Kelak saya setelah lulus dari sini, saya berharap saya bisa mempunyai klinik sendiri seperti Ibu Y. dan jujur saya sangat termotivasi dengan cara belajar beliau dan saya yakin suatu saat nanti saya bisa menjadi suritauladan seperti beliau.
Gimana guys? Apa kalian tertarik dan termotivasi dengan cerita saya di atas hehe… itu pengalaman saya guys! Mana pengalaman kalian hehe ^_@ ..


Sabtu, 31 Oktober 2015

ASUHAN PERSALINAN NOMMAL KALA IV SERTA PENANGANANNYA


ASUHAN PERSALINAN NOMMAL KALA IV
SERTA PENANGANANNYA
   1.      Fisiologi Kala  IV dan Kebutuhan Persalinan Kala IV
           Nyeri adalah alasan stres psikis pada ibu melahirkan. Perasaan ini yang terjadi selama persalinan dapat menyebabkan stres baik yang meningkatkan sekresi adrenalin dan tenaga kerja juga lama. Rose effleurage adalah terapi untuk mengurangi nyeri selama persalinan. Hal ini menggabungkan manfaat aromaterapi dan pijat.
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengidentifikasi efektivitas perbedaan durasi mawar effleurage untuk intensitas nyeri selama fase aktif tahap I primigravida persalinan normal di Kota Semarang 2013.
Penelitian ini menggunakan desain kelompok non-ekuivalen posttest pretest. Teknik sampling yang telah digunakan adalah purposive sampling. Nyeri intensitas mea-surement terpantau dua puluh ibu pengiriman primigravida. Alat ukur yang telah digunakan adalah skala numerik.
Data dianalisis secara kuantitatif dengan Paired T Test. Hasilnya menunjukkan perbandingan rata-rata (Me) dan standar deviasi (SD) dua puluh menit naik effleurage 7,2 ± 1,03 lebih rendah dari rata-rata (Me) dan standar deviasi (SD) sepuluh menit naik effleurage 7,7 ± 0, 95 sehingga dua puluh menit naik effleurage lebih efektif dari sepuluh menit naik effleurage.
Rose effleurage dapat diterapkan dalam perawatan kebidanan untuk mengurangi intensitas nyeri selama persalinan di minimal pengobatan dua puluh menit setidaknya.
 Persalinan merupakan proses fisiologis yang terjadi pada setiap kehamilan hampir sebagian besar persalinan merupakan persalinan normal, hanya sebagian saja yaitu 12-15% merupakan persalinan patologi ( prawiroharjo, 2006:164). Secara umum persalinan dianggap sebagai peristiwa yang mengembirakan, namun rasa gembira itu dapat berbuah menjadi suatu keputusasaan ketika seorang ibu merasakan nyeri persalinan dan meragukan kemampuannya untuk menyelesaikan persalinannnya dengan baik ketika kontraksinya menjadi lebih intens ( Mander, 2004: 99 ). Rasa senang menyambut kelahiran bayi dapat mendadak berubah menjadi sesuatu yang menakutkan ketika sang ibu membayangkan betapa hebat rasa sakit ketika melahirkan.
Nyeri persalinan adalah nyeri akibat kontraksi myometrium yang disertai makanisme perubahan fisiologis dan biokimiawi. Nyeri persalinan berkaitan dengan kontraksi uterus, dilatasi, dan penipisan serviks, serta penurunan janin selama persalinan ( Yanti, 2010: 34 )
Nyeri persalinan dapat diurasakan pada setiap tahap persalinan, yaitu kala I  hingga kala IV persalinan.10 

Persalinan kala IV dimulai dengan kelahiran plasenta dan berakhir 2 jam kemudian. Periode ini merupakan saat paling kritis untuk mencegah kematiaan ibu, terutama kematian disebabkan perdarahan selama kala IV, bidan harus memantau ibu setiap 15 menit pada jam pertama dan 30 menit pada jam kedua setelah persalinan. Jika kondisi ibu tidak stabil, maka ibu dipantau lebih sering. 1 Yaitu pemantauan persalinan pada penilaian kontraksi uterus dan jumlah perdarahan. Setelah semua dilakukan, masukan semua data yang diperoleh selama melakukan penolongan persalinan dimasukkan di partograf. 4
                  
 2.      Rencana penatalaksanaan untuk kala IV persalinan

a.      Evaluasi dan penatalaksanaan uterus
Tindakan pertama bidan setelah pelahiran plasenta adalah mengevaluasi konsistensi uterus dan melakukan masa uterus sesuai kebutuhan untuk memperkuat kontraksi. Pada saat yang sama derajat penurunan serviks/uterus ke dalam vagina dapat di kaji. Kebanyakan uterus yang sehat dapat berkontraksi dengan sendirinya. Apabila bidan menetapkan bahwa uterus relaksasi, atau atonik, penyebabnya harus dikaji dan di penatalaksanaan untuk sepenuhnya membantu kontraksi uterus segera dimulai. Kegagalan mengatasi masalah atoni dapat menyebabkan perdarahan pascapartus segera. Faktor-faktor yang di dipertimbangkan adalah sebagai berikut :
1.      Konsistensi uterus; uterus harus berkontraksi efektif, teraba padat dank keras.
2.      Potensial untuk reaksi uterus, termasuk hal-hal berikut ini :
·        Riwayat atoni uterus kehamilan sebelumnya.
·        Status ibu sebagai grand multipara.
·        Distensi berlebihan pada uterus, missal pada kehamilan kembar, polihidramnion, atau makrosomia.
·        Induksi atau augmentasi persalinan.
·        Persalinan presipitatus.
·        Persalinan memanjang.
3.      Kelengkapan plasenta dan membrane pada saat infeksi-mis, bukti kemungkinan fragmen plasenta atau membran tertinggal didalam uterus.
4.      Status kandung kemih.
5.      Ketersediaan orang kedua untuk memantau konsistensi uterus dan aliran lochea, dan membantu masase uterus.
6.      Kemampuan pasangan ibu-bayi untuk memulai pemberian asi.

Jika ibu bermaksud menyusi, menempatkan bayi di dada menstimulasi kontraksi uterus dan meningkatkan tonus yang kuat. Jika hal ini tidak mungkin, penggunaan oksitosik dapat dipertimbangkan. Faktor-faktor yang dipertimbangkan dalam penggunaan obat oksitosik selama periode awal pascapartus sebaiknya mencakup kebutuhan wanita untuk terapi ini, dan kerja dan pengaruh berbagai obat yang tersedia. Kerja, efek, dosis, dan rute obat-obatan oksitosik yang berbeda, dan penggunaannya didalam mengendalikan perdarahan pascapartus segera.

b.      Inspeksi dan evaluasi serviks, vagina, dan perineum
Setelah memastikan uterus berkontrasi efektif dan perdarahan berasal dari sumber lain, bidan mengeinspeksi perineum, vagina bawah, dan area periuretra untuk mengetahui adanya memar, pembentukan hematoma, laserasi, atau pembuluh darah yang robek atau mengalami perdarahan. Jika episiotomy telah dilakukan, evaluasi kedalaman dan perluasannya.
Berikut, pertimbangan untuk menginspeksi forniks dan serviks vagina untuk mengetahui laserasi atau cedera. Pada mayoritas pelahiran pervaginam spontan normal, tidak aka nada indikasi untuk evaluasi ini, sehingga tidak perlu dilakukan. Indikasi untuk pemeriksaan seperti itu mencakup kondisi berikut :
1.      Aliran menteap atau sedikit aliran perdarahan pervaginam berwarna merah terang, dari bagian atas tiap laserasi yang diamati, setelah kontraksi uterus dipastikan.
2.      Persalinan cepat atau persipipatus.
3.      Manipulsi serviks selama persalinan-mis, untuk mengurangi tepi anterior.
4.      Dorongan maternal ( mengejan ) sebelum dilatasi serviks lengkap.
5.      Pelahiran traumatik-mis, distosia bahu

Adanya salah satu faktor ini mengindentifikasikan kebutuhan untuk inspeksi serviks dan memastikan kebutuhan untuk melakukan perbaikan. Beberapa klinisi menganjurkan inspeksi serviks yang rutin, menggunakan rasional bahwa hal ini mengurangi laserasi serviks sebagai penyebab perdarahan berikutnya. Akan tetapi, inspeksi serviks tidak diperlukan pada persalinan dan pelahiran normal tanpa ada perdarahan persisten. Bidan perlu mengusai, melakukan keahlian ini dengan cepat dan seksama pada kondisi yang memerlukan tindakan ini karena sering kali membuat menyakitkan bagi ibu.
Pada akhirnya, bidan perlu sebaiknya mengevaluasi area perineum untuk melihat adanya pembentukan hemoroid dan robekan kecil kulit. Jika episiotomy telah dilakukan atau laserasi telah terjadi, pengkajian perluasan ke area rectum termasuk didalam inspeksi ini.

c.       Inspeksi dan Evaluasi Plasenta, Membran dan Tali Pusat
Meskipun bidan telah melakukan inspkesi sepintas secara tepat pada plasenta, membran dan tali pusat sewaktu ketiganya dilahirkan, penting memeriksa secara lengkap perbaikan pada laserasi atau episiotomi. Pertama, jika bidan menemukan fragmen atau membran plasenta yang tertinggal, uterus harus dieksplorasi; fragmen yang tertinggal dapat menyebabkan perdarahan kelak, juga segera setelah pelahiran. Kedua, menunda eksplorasi sampai setelah penjahitan selesai akan menimbulkan ketegangan pada garis sutura dan dapat menyebabkan robekan. 2

3.      Memperikaran Kehilangan Darah
Sangat sulit memperkirakan kehilangan darah secara tepat karena darah seringkali beercampur dengan cairan ketuban atau urin dan mungkin terserap handuk, kain atau sarung. Tak mungkin menilai kehilangan darah secara akurat melalui perhitungan jumlah sarung karena ukuran sarung bermacam-macam dan mungkin telah diganti jika terkena sedikit darah atau basah oleh darah. Meletakkan wadah atau pispot di bawah bokong ibu untuk mengumpulkan darah, bukanlah cara efektif untuk mengukur kehilangan darah dan cerminan asuhan sayang ibu karean berbaring di atas wadah atau pispot sangat tidak nyaman dan menyulitkan ibu untuk memegang dan menyusukan bayinya.
Satu cara untuk menilai kehilangan darah adalah dengan melihat volume darah yang terkumpul dan memperkirakan berapa banyak botol 500ml dapat menampung semua darah tersebut. Jika darah bisa mengisi dua botol, ibu telah kehilangan satu liter darah. Jika darah bisa mengisi setengah botol, ibu kehilangan 250ml darah. Memperkirakan kehilangan darah hanyalah salah satu cara untuk menilai kondisi ibu. Cara tak langsung untuk mengukur jumlah kehilangan darah adalah melalui penampakan gejala dan tekanan darah. Apabila perdarahan menyebabkan ibu lemas, pusing kesadaran menurun serta tekanan darah sistolik turun lebih dari 10 mmHg dari kondisi sebelumnya maka telah terjadi perdarahan lebih dari 50% ml. bila ibu mengalami syok hipovolemik maka ibu telah kehilangan darah 50% dari jumlah total jumlah darah ibu ( 2000-2500 ml ). Penting untuk selalu memantau keadaan umum dan menilai jumlah kehilangan darah ibu selama kala empat melalui tanda vital, jumlah darah yang keluar dan kontraksi uterus.


4.      Memeriksa Perdarahan dari Perineum
Perhatikan dan temuuan penyebab perdarahan dari laserasi atau robekan perineum dan vagina. Nilai perluasan laserasi perineum, lihat lampiran 4 untuk informasi dan instruksi mengenai penjahitan laserasi atau episiotomi. Laserasi diklarifikasikan berdasarkan luasya robekan.

Derajat satu
·        Mukosa vagina
·        Komisura posterior
·        Kulitt perineum
Derjat dua
·        Mukosa vagina
·        Komisura posterior
·        Kulitt perineum
·        Otot perineum
Derajat tiga
·        Mukosa vagina
·        Komisura posterior
·        Kulitt perineum
·        Otot perineum
·        Otot sfingter ani
Derjat empat
·        Mukosa vagina
·        Komisura posterior
·        Kulitt perineum
·        Otot perineum
·        Otot sfingter ani
·        Dinding depan rectum

Catatan :
Derajat satu tidak perlu dijahit jika tidak ada perdarahan dan aposisi luka baik, Derajat dua jahit menggunakan teknik yang dijelaskan, Derajat 3 dan 4 penolong APN tidak dibekali keterampilan untuk reparasi laserasi perineum derjat tiga atau empat. Segera rujuk ke pasilitas rujukan.
5.      Pemantauan keadaan Umum Ibu
Sebagian besar kejadian kesakitan ibu dan kematian ibu yang disebabkan oleh perdarahan pascapersalinan terjadi selama empat jam pertama setelah kelahiran bayi. Karena alasan ini sangatlah penting untuk memantau ibu secara ketat segera setelah persalinan. Jika tanda-tanda vital dan kontraksi uterus masih dalam batas normal selama dua jam pertama pascapersalinan, mungkin ibu tidak akan mengalami perdarahan pascapersalinan. Penting untuk berada disamping ibu dan bayi selama dua jam peratama  pascapersalinan.
Selama dua jam pertama persalinan : 
  1.  Pantau tekanan darah, nadi, tinggi fundus, kandung kemih dan darah keluar setiap 15 menit selama satu jam pertama dan 30 menit selama satu jam kedua kala empat. Jika ada temuan yang tidak normal, tingkatkan frekuensi obeservasi penilaian kondisi ibu.
  2. Masae uterus untuk membuat kontraksi uterus menjadi baik setiap 15 menit selama satu jam pertama dan 30 menit selama dua jam kedua kala empat. Jika tidak ada temuan yang tidak normal, tingkatkan frekuensi observasi dan penilaian kondisi ibu.
  3. Pantau temperature dan tatalaksana sesuai apa yang diperlukan.
  4. Nilai perdarahan. Periksa perineum dan vagina setiap 15 menit selama satu jam pertama dan 30 menit selama dua jam kedua kala empat.
  5.  Ajarkan ibu dan keluarganya bagaimana menilai kontraksi uterus dan jumlah darah yang keluar dan bagaiamana melakukan masae jika uterus menjadi lembek.
  6. Minta anggota keluarga untuk memeluk bayi. Nersihkan dan bantu ibu mengenakan baju atau sarung yang bersih dan kering, atau posisi ibu agar nyaman, duduk bersandarkan bantal atau berbaring miring. Jaga agar bayi diselimuti dengan baik, bagian kepala tertutup dengan baik, kemudian berikan bayi ke ibu dan anjurkan untuk dipeluk di beri ASI.
  7. Lakukan asuhan esensial bagi bayi baru lahir.

Jangan digunakan kain pembebat perut selama dua jam pertama pascapersalinan atau hingga kondisi ibu sudah stabil. Kain pembebat perut menyulitkan penolong untuk menilai kontraksi uterus secara memadai. Jika kandung kemih penuh, bantu ibu untuk diperlukan. Ingatkan ibu bahwa keinginan untuk berkemih mungkin berbeda setelah dia melahirkan bayinya. Jika ibu tak dapat berkemih, bantu ibu dengan menyiramkan air bersih dan hangat ke perineumnya. Berikan variasi atau masukkan jari-jari ibu kedalam air hangat untuk merangsang keinginan berkemih secara spontan.
Jika setalah berbagai upaya tersebut, ibu tetap tidak dapat berekmih secara spontan, mungkin perlu dilakukan kateteresasi. Jika kandung kemih penuh atau dapat dipalpasi, gunakan teknik aseptic saat memasukkan kateter Nelaton DTT atau untuk mengosongkan kandung kemih. Setelah kandung keih dikosongkan, lakukan masae pada fundus agar uterus berkontraksi baik. Sebelum meninggalkan ibu, pastikan bahwa kontraksi dan jumlah darah yang keluar. Ajarkan pada meraka bagaimana mencari pertolongan jika ada tanda-tanda bahaya seperti :

o   Demam
o   Perdarahan aktif
o   Keluar banyak bekuan darah
o   Bau busuk dari vagina
o   Pusing
o   Lemas luar biasa
o   Penyulit dalam menyusukan banyinya
o   Nyeri panggul atau abdomen yang lebih hebat dari nyeri kontraksi biasa.
Catatan Asuhan dan temuan
Catatalah semua temuan selama persalinan kala empat di halaman belakang fartograf.
Jam ke
Waktu
TD
Nadi
Suhu
Tinggi Fundus
Kontraksi
Uterus
Jumlah
Urin
Jumlah darakeluar
1
































2
















5
6.      Penanganan
  1. Periksa fundus setiap 15 menit pada jam peratama dan setiap 20-30 menit selama jam kedua.Jika kontraksi tida kuat, masae uterus sampai menjadi keras. Apabila uterus berkontraksi, otot uterus akan menjepit pembuluh darah untuk menghentikan perdarahan. Hal ini dapat mengurangi kehilangan darah dan mencegah perdarahan pascapersalinan.
  2. Periksa tekanan darah, nadi, kandung kemih, dan perdarahan setiap 15 menit pada jam pertama dan setiap 30 menit selama jam kedua.
  3. Anjurkan ibu untuk minum demi mencegah dehidrasi. Tawarkan ibu makanan dan minuman yang disukainya. 
  4.  Bersihkan perineum ibu dan kenakan pakaian yang bersih dan kering
  5. Biarkan ibu beristirahat- ia telah bekerja keras melahirkan bayinya. Bantu ibu pada posisi yang nyaman.
  6. Biarkan bayi berada pada ibu untuk meningkatkan hubungan ibu dan bayi, sebagai permulaan dengan menyusui bayinya.
  7. Bayi sangat siap segera setelah kelahiran. Hal ini sangat tepat untuk memulai memberikan    ASI. Menyusui juga membantu uterus berkontraksi.
  8. Jika ibu perlu ke kamar mandi, ibu boleh bangun, pastikan ibu dibantu karena masih dalam keadaan lemah atau pusing setelah persalinan. Pastikan ibu sudah buang air kecil dalam 3 jam pascapersalinan.
  9. Ajari ibu atau anggota keluarga tentang :
        ü  Bagaimana memeriksa fundus dan memeriksa kontraksi
        ü  Tanda-tanda bahaya bagi ibu dan bayi.
Tindakan yang tidak bermanfaat bahkan kemungkinan membahayakan.
Tindakan
Deskripsi dan keterangan
Tempon vagina
Tempon vagina menyerap darah tetapi mengehentikan perdarahannya. Seorang ibu dapat mengalami perdarahan dengan tampon di dalam vagina. Hal ini bahkan merupakan sumber terjadinya infeksi.
Gurita atau sejenisnya
Selama dua jam pertama segera setelah pascara persalina, adanya gurita akan menyulitkan petugas pada saat memeriksa fundus apakah berkontraksi dengan baik.
Memisahkan bayi dan ibu
Bayi benar-benar siaga selama dua jam pertama setelah kelahiran. Hal ini merupakan waktu yang baik bagi dan bayi saling berhubungan. Berikan kesemptan bagi keduanya untuk pemberian ASI
Menduduki sesuatu yang panas
Duduk di atas bara yang panas dapat menyebabkan vaso dilatasi, menurunkan tekanan darah ibu dan menambah perdarahan. Juga dapat menyebabkan dehidrasi
            3             
                       



DAFTAR PUSTAKA
1.      Rukiah, Ai Yayah Dkk. 2009.  Asuhan Kebidanan Persalinan II . Jakarta : CV. Trans Info Media
2.      Varney Helen. 2008. Buku Ajar Asuhan Kebidanan. Jakarta : EGC
3.      Wiknjosastro, gulardi hanifa. 2002. Buku Panduan Praktis Pelayanan Kesehatan Maternal dan    Neonatal. Jakarta : Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo
4.      Damayanti, ika putri Dkk. 2014. Buku Ajar Asuhan Kebidanan Kompreherensif pada Ibu Bersalin dan Bayi Baru Lahi. Jogjakarta : Deepublish
5.      Wiknjosastro, gulardi hanifa. 2008. Pelatihan Klinik Asuhan Persalinan Normal. JPNP-KR
6.      Klaus, M H., and Kennel, J H. 1982.  Parent-Infant Bonding. St. Louis, MO: Mosby,
7.      Reghard, L,. and Alade, M. O. Effect of Delivery Room Routines on Success of Frist Breastfreed.   Lancet 336:1105, 1990.
8.      Widstrom A-M., Wahlbreg, V., Matthiesen, A. S. et al. Short-trem Effect of Early Suckling and Touch of  Nipple on Maternal Behavior. Early Hum. Dev. 21:153, 1990
9.      Widstrom A-M., Ransjo-Arvidson, A. B., Christensson, K., et al. Gastric Suction in Healty Newborn Infants. Effect on Ciculation and Develoving Feeding Behavior. Acta Paediatr Scand. 76(4):566, 1987
10.  ejournal.poltekkes-smg.ac.id/ojs/index.php/jurkeb/article/download/.../62