ASUHAN PERSALINAN NOMMAL KALA IV
SERTA PENANGANANNYA
1. Fisiologi Kala IV dan Kebutuhan Persalinan Kala IV
Nyeri adalah alasan stres psikis pada ibu melahirkan.
Perasaan ini yang terjadi selama persalinan dapat menyebabkan stres baik yang meningkatkan
sekresi adrenalin dan tenaga kerja juga lama. Rose effleurage adalah terapi
untuk mengurangi nyeri selama persalinan. Hal ini menggabungkan manfaat
aromaterapi dan pijat.
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk
mengidentifikasi efektivitas perbedaan durasi mawar effleurage untuk intensitas
nyeri selama fase aktif tahap I primigravida persalinan normal di Kota Semarang
2013.
Penelitian ini menggunakan desain kelompok
non-ekuivalen posttest pretest. Teknik sampling yang telah digunakan adalah purposive
sampling. Nyeri intensitas mea-surement terpantau dua puluh ibu pengiriman
primigravida. Alat ukur yang telah digunakan adalah skala numerik.
Data dianalisis secara kuantitatif dengan
Paired T Test. Hasilnya menunjukkan perbandingan rata-rata (Me) dan standar
deviasi (SD) dua puluh menit naik effleurage 7,2 ± 1,03 lebih rendah dari
rata-rata (Me) dan standar deviasi (SD) sepuluh menit naik effleurage 7,7 ± 0,
95 sehingga dua puluh menit naik effleurage lebih efektif dari sepuluh menit
naik effleurage.
Rose effleurage dapat diterapkan dalam
perawatan kebidanan untuk mengurangi intensitas nyeri selama persalinan di
minimal pengobatan dua puluh menit setidaknya.
Persalinan merupakan proses
fisiologis yang terjadi pada setiap kehamilan hampir sebagian besar persalinan
merupakan persalinan normal, hanya sebagian saja yaitu 12-15% merupakan
persalinan patologi ( prawiroharjo, 2006:164). Secara umum persalinan dianggap
sebagai peristiwa yang mengembirakan, namun rasa gembira itu dapat berbuah
menjadi suatu keputusasaan ketika seorang ibu merasakan nyeri persalinan dan
meragukan kemampuannya untuk menyelesaikan persalinannnya dengan baik ketika
kontraksinya menjadi lebih intens ( Mander, 2004: 99 ). Rasa senang menyambut
kelahiran bayi dapat mendadak berubah menjadi sesuatu yang menakutkan ketika
sang ibu membayangkan betapa hebat rasa sakit ketika melahirkan.
Nyeri persalinan adalah nyeri akibat kontraksi myometrium yang
disertai makanisme perubahan fisiologis dan biokimiawi. Nyeri persalinan
berkaitan dengan kontraksi uterus, dilatasi, dan penipisan serviks, serta
penurunan janin selama persalinan ( Yanti, 2010: 34 )
Nyeri persalinan dapat diurasakan pada setiap tahap persalinan,
yaitu kala I hingga kala IV persalinan.10
Persalinan kala IV dimulai dengan kelahiran plasenta dan berakhir 2 jam kemudian. Periode ini merupakan saat paling kritis untuk mencegah kematiaan ibu, terutama kematian disebabkan perdarahan selama kala IV, bidan harus memantau ibu setiap 15 menit pada jam pertama dan 30 menit pada jam kedua setelah persalinan. Jika kondisi ibu tidak stabil, maka ibu dipantau lebih sering. 1 Yaitu pemantauan persalinan pada penilaian kontraksi uterus dan jumlah perdarahan. Setelah semua dilakukan, masukan semua data yang diperoleh selama melakukan penolongan persalinan dimasukkan di partograf. 4
Persalinan kala IV dimulai dengan kelahiran plasenta dan berakhir 2 jam kemudian. Periode ini merupakan saat paling kritis untuk mencegah kematiaan ibu, terutama kematian disebabkan perdarahan selama kala IV, bidan harus memantau ibu setiap 15 menit pada jam pertama dan 30 menit pada jam kedua setelah persalinan. Jika kondisi ibu tidak stabil, maka ibu dipantau lebih sering. 1 Yaitu pemantauan persalinan pada penilaian kontraksi uterus dan jumlah perdarahan. Setelah semua dilakukan, masukan semua data yang diperoleh selama melakukan penolongan persalinan dimasukkan di partograf. 4
2.
Rencana penatalaksanaan
untuk kala IV persalinan
a.
Evaluasi dan
penatalaksanaan uterus
Tindakan pertama bidan setelah
pelahiran plasenta adalah mengevaluasi konsistensi uterus dan melakukan masa uterus
sesuai kebutuhan untuk memperkuat kontraksi. Pada saat yang sama derajat
penurunan serviks/uterus ke dalam vagina dapat di kaji. Kebanyakan uterus yang
sehat dapat berkontraksi dengan sendirinya. Apabila bidan menetapkan bahwa
uterus relaksasi, atau atonik, penyebabnya harus dikaji dan di penatalaksanaan
untuk sepenuhnya membantu kontraksi uterus segera dimulai. Kegagalan mengatasi
masalah atoni dapat menyebabkan perdarahan pascapartus segera. Faktor-faktor
yang di dipertimbangkan adalah sebagai berikut :
1.
Konsistensi uterus; uterus harus
berkontraksi efektif, teraba padat dank keras.
2.
Potensial untuk reaksi uterus,
termasuk hal-hal berikut ini :
·
Riwayat atoni uterus
kehamilan sebelumnya.
·
Status ibu sebagai grand
multipara.
·
Distensi berlebihan pada uterus,
missal pada kehamilan kembar, polihidramnion, atau makrosomia.
·
Induksi atau augmentasi
persalinan.
·
Persalinan presipitatus.
·
Persalinan memanjang.
3.
Kelengkapan plasenta dan membrane
pada saat infeksi-mis, bukti kemungkinan fragmen plasenta atau membran
tertinggal didalam uterus.
4.
Status kandung kemih.
5.
Ketersediaan orang kedua untuk
memantau konsistensi uterus dan aliran lochea, dan membantu masase uterus.
6.
Kemampuan pasangan ibu-bayi untuk
memulai pemberian asi.
Jika ibu bermaksud menyusi,
menempatkan bayi di dada menstimulasi kontraksi uterus dan meningkatkan tonus
yang kuat. Jika hal ini tidak mungkin, penggunaan oksitosik dapat
dipertimbangkan. Faktor-faktor yang dipertimbangkan dalam penggunaan obat
oksitosik selama periode awal pascapartus sebaiknya mencakup kebutuhan wanita
untuk terapi ini, dan kerja dan pengaruh berbagai obat yang tersedia. Kerja,
efek, dosis, dan rute obat-obatan oksitosik yang berbeda, dan penggunaannya
didalam mengendalikan perdarahan pascapartus segera.
b.
Inspeksi dan evaluasi
serviks, vagina, dan perineum
Setelah memastikan uterus berkontrasi
efektif dan perdarahan berasal dari sumber lain, bidan mengeinspeksi perineum,
vagina bawah, dan area periuretra untuk mengetahui adanya memar, pembentukan
hematoma, laserasi, atau pembuluh darah yang robek atau mengalami perdarahan.
Jika episiotomy telah dilakukan, evaluasi kedalaman dan perluasannya.
Berikut, pertimbangan untuk
menginspeksi forniks dan serviks vagina untuk mengetahui laserasi atau cedera.
Pada mayoritas pelahiran pervaginam spontan normal, tidak aka nada indikasi
untuk evaluasi ini, sehingga tidak perlu dilakukan. Indikasi untuk pemeriksaan
seperti itu mencakup kondisi berikut :
1.
Aliran menteap atau sedikit aliran
perdarahan pervaginam berwarna merah terang, dari bagian atas tiap laserasi
yang diamati, setelah kontraksi uterus dipastikan.
2.
Persalinan cepat atau
persipipatus.
3.
Manipulsi serviks selama
persalinan-mis, untuk mengurangi tepi anterior.
4.
Dorongan maternal ( mengejan )
sebelum dilatasi serviks lengkap.
5.
Pelahiran traumatik-mis, distosia
bahu
Adanya salah satu faktor ini
mengindentifikasikan kebutuhan untuk inspeksi serviks dan memastikan kebutuhan
untuk melakukan perbaikan. Beberapa klinisi menganjurkan inspeksi serviks yang
rutin, menggunakan rasional bahwa hal ini mengurangi laserasi serviks sebagai
penyebab perdarahan berikutnya. Akan tetapi, inspeksi serviks tidak diperlukan
pada persalinan dan pelahiran normal tanpa ada perdarahan persisten. Bidan
perlu mengusai, melakukan keahlian ini dengan cepat dan seksama pada kondisi
yang memerlukan tindakan ini karena sering kali membuat menyakitkan bagi ibu.
Pada akhirnya, bidan perlu sebaiknya
mengevaluasi area perineum untuk melihat adanya pembentukan hemoroid dan
robekan kecil kulit. Jika episiotomy telah dilakukan atau laserasi telah
terjadi, pengkajian perluasan ke area rectum termasuk didalam inspeksi ini.
c.
Inspeksi dan Evaluasi
Plasenta, Membran dan Tali Pusat
Meskipun bidan telah melakukan
inspkesi sepintas secara tepat pada plasenta, membran dan tali pusat sewaktu
ketiganya dilahirkan, penting memeriksa secara lengkap perbaikan pada laserasi
atau episiotomi. Pertama, jika bidan menemukan fragmen atau membran plasenta
yang tertinggal, uterus harus dieksplorasi; fragmen yang tertinggal dapat
menyebabkan perdarahan kelak, juga segera setelah pelahiran. Kedua, menunda
eksplorasi sampai setelah penjahitan selesai akan menimbulkan ketegangan pada
garis sutura dan dapat menyebabkan robekan. 2
3.
Memperikaran Kehilangan
Darah
Sangat
sulit memperkirakan kehilangan darah secara tepat karena darah seringkali
beercampur dengan cairan ketuban atau urin dan mungkin terserap handuk, kain
atau sarung. Tak mungkin menilai kehilangan darah secara akurat melalui
perhitungan jumlah sarung karena ukuran sarung bermacam-macam dan mungkin telah
diganti jika terkena sedikit darah atau basah oleh darah. Meletakkan wadah atau
pispot di bawah bokong ibu untuk mengumpulkan darah, bukanlah cara efektif untuk
mengukur kehilangan darah dan cerminan asuhan sayang ibu karean berbaring di
atas wadah atau pispot sangat tidak nyaman dan menyulitkan ibu untuk memegang
dan menyusukan bayinya.
Satu
cara untuk menilai kehilangan darah adalah dengan melihat volume darah yang
terkumpul dan memperkirakan berapa banyak botol 500ml dapat menampung semua
darah tersebut. Jika darah bisa mengisi dua botol, ibu telah kehilangan satu
liter darah. Jika darah bisa mengisi setengah botol, ibu kehilangan 250ml
darah. Memperkirakan kehilangan darah hanyalah salah satu cara untuk menilai
kondisi ibu. Cara tak langsung untuk mengukur jumlah kehilangan darah adalah
melalui penampakan gejala dan tekanan darah. Apabila perdarahan menyebabkan ibu
lemas, pusing kesadaran menurun serta tekanan darah sistolik turun lebih dari
10 mmHg dari kondisi sebelumnya maka telah terjadi perdarahan lebih dari 50%
ml. bila ibu mengalami syok hipovolemik maka ibu telah kehilangan darah 50%
dari jumlah total jumlah darah ibu ( 2000-2500 ml ). Penting untuk selalu
memantau keadaan umum dan menilai jumlah kehilangan darah ibu selama kala empat
melalui tanda vital, jumlah darah yang keluar dan kontraksi uterus.
4.
Memeriksa Perdarahan dari
Perineum
Perhatikan
dan temuuan penyebab perdarahan dari laserasi atau robekan perineum dan vagina.
Nilai perluasan laserasi perineum, lihat lampiran 4 untuk informasi dan
instruksi mengenai penjahitan laserasi atau episiotomi. Laserasi
diklarifikasikan berdasarkan luasya robekan.
Derajat satu
·
Mukosa vagina
·
Komisura posterior
·
Kulitt perineum
Derjat dua
·
Mukosa vagina
·
Komisura posterior
·
Kulitt perineum
·
Otot perineum
Derajat tiga
·
Mukosa vagina
·
Komisura posterior
·
Kulitt perineum
·
Otot perineum
·
Otot sfingter ani
Derjat empat
·
Mukosa vagina
·
Komisura posterior
·
Kulitt perineum
·
Otot perineum
·
Otot sfingter ani
·
Dinding depan rectum
Catatan :
Derajat satu tidak perlu dijahit jika tidak ada perdarahan dan
aposisi luka baik, Derajat dua jahit menggunakan teknik yang dijelaskan,
Derajat 3 dan 4 penolong APN tidak dibekali keterampilan untuk reparasi
laserasi perineum derjat tiga atau empat. Segera rujuk ke pasilitas rujukan.
5.
Pemantauan
keadaan Umum Ibu
Sebagian
besar kejadian kesakitan ibu dan kematian ibu yang disebabkan oleh perdarahan
pascapersalinan terjadi selama empat jam pertama setelah kelahiran bayi. Karena
alasan ini sangatlah penting untuk memantau ibu secara ketat segera setelah
persalinan. Jika tanda-tanda vital dan kontraksi uterus masih dalam batas
normal selama dua jam pertama pascapersalinan, mungkin ibu tidak akan mengalami
perdarahan pascapersalinan. Penting untuk berada disamping ibu dan bayi
selama dua jam peratama pascapersalinan.
Selama
dua jam pertama persalinan :
- Pantau tekanan darah, nadi, tinggi fundus, kandung kemih dan darah keluar setiap 15 menit selama satu jam pertama dan 30 menit selama satu jam kedua kala empat. Jika ada temuan yang tidak normal, tingkatkan frekuensi obeservasi penilaian kondisi ibu.
- Masae uterus untuk membuat kontraksi uterus menjadi baik setiap 15 menit selama satu jam pertama dan 30 menit selama dua jam kedua kala empat. Jika tidak ada temuan yang tidak normal, tingkatkan frekuensi observasi dan penilaian kondisi ibu.
- Pantau temperature dan tatalaksana sesuai apa yang diperlukan.
- Nilai perdarahan. Periksa perineum dan vagina setiap 15 menit selama satu jam pertama dan 30 menit selama dua jam kedua kala empat.
- Ajarkan ibu dan keluarganya bagaimana menilai kontraksi uterus dan jumlah darah yang keluar dan bagaiamana melakukan masae jika uterus menjadi lembek.
- Minta anggota keluarga untuk memeluk bayi. Nersihkan dan bantu ibu mengenakan baju atau sarung yang bersih dan kering, atau posisi ibu agar nyaman, duduk bersandarkan bantal atau berbaring miring. Jaga agar bayi diselimuti dengan baik, bagian kepala tertutup dengan baik, kemudian berikan bayi ke ibu dan anjurkan untuk dipeluk di beri ASI.
- Lakukan asuhan esensial bagi bayi baru lahir.
Jangan digunakan kain pembebat perut selama dua
jam pertama pascapersalinan atau hingga kondisi ibu sudah stabil. Kain pembebat
perut menyulitkan penolong untuk menilai kontraksi uterus secara memadai. Jika
kandung kemih penuh, bantu ibu untuk diperlukan. Ingatkan ibu bahwa keinginan
untuk berkemih mungkin berbeda setelah dia melahirkan bayinya. Jika ibu tak
dapat berkemih, bantu ibu dengan menyiramkan air bersih dan hangat ke perineumnya.
Berikan variasi atau masukkan jari-jari ibu kedalam air hangat untuk merangsang
keinginan berkemih secara spontan.
Jika setalah berbagai upaya tersebut, ibu tetap
tidak dapat berekmih secara spontan, mungkin perlu dilakukan kateteresasi. Jika
kandung kemih penuh atau dapat dipalpasi, gunakan teknik aseptic saat
memasukkan kateter Nelaton DTT atau untuk mengosongkan kandung kemih. Setelah
kandung keih dikosongkan, lakukan masae pada fundus agar uterus berkontraksi
baik. Sebelum meninggalkan ibu, pastikan bahwa kontraksi dan jumlah darah
yang keluar. Ajarkan pada meraka bagaimana mencari pertolongan jika ada
tanda-tanda bahaya seperti :
o
Demam
o
Perdarahan aktif
o
Keluar banyak bekuan darah
o
Bau busuk dari vagina
o
Pusing
o
Lemas luar biasa
o
Penyulit dalam menyusukan banyinya
o
Nyeri panggul atau abdomen yang lebih hebat
dari nyeri kontraksi biasa.
Catatan Asuhan dan temuan
Catatalah semua temuan selama persalinan kala empat di halaman
belakang fartograf.
Jam ke
|
Waktu
|
TD
|
Nadi
|
Suhu
|
Tinggi Fundus
|
Kontraksi
Uterus
|
Jumlah
Urin
|
Jumlah darakeluar
|
1
|
||||||||
2
|
||||||||
5
6.
Penanganan
- Periksa fundus setiap 15 menit pada jam peratama dan setiap 20-30 menit selama jam kedua.Jika kontraksi tida kuat, masae uterus sampai menjadi keras. Apabila uterus berkontraksi, otot uterus akan menjepit pembuluh darah untuk menghentikan perdarahan. Hal ini dapat mengurangi kehilangan darah dan mencegah perdarahan pascapersalinan.
- Periksa tekanan darah, nadi, kandung kemih, dan perdarahan setiap 15 menit pada jam pertama dan setiap 30 menit selama jam kedua.
- Anjurkan ibu untuk minum demi mencegah dehidrasi. Tawarkan ibu makanan dan minuman yang disukainya.
- Bersihkan perineum ibu dan kenakan pakaian yang bersih dan kering
- Biarkan ibu beristirahat- ia telah bekerja keras melahirkan bayinya. Bantu ibu pada posisi yang nyaman.
- Biarkan bayi berada pada ibu untuk meningkatkan hubungan ibu dan bayi, sebagai permulaan dengan menyusui bayinya.
- Bayi sangat siap segera setelah kelahiran. Hal ini sangat tepat untuk memulai memberikan ASI. Menyusui juga membantu uterus berkontraksi.
- Jika ibu perlu ke kamar mandi, ibu boleh bangun, pastikan ibu dibantu karena masih dalam keadaan lemah atau pusing setelah persalinan. Pastikan ibu sudah buang air kecil dalam 3 jam pascapersalinan.
- Ajari ibu atau anggota keluarga tentang :
ü
Bagaimana memeriksa fundus dan memeriksa
kontraksi
ü
Tanda-tanda bahaya bagi ibu dan bayi.
Tindakan yang tidak bermanfaat bahkan kemungkinan membahayakan.
Tindakan
|
Deskripsi dan keterangan
|
Tempon
vagina
|
Tempon
vagina menyerap darah tetapi mengehentikan perdarahannya. Seorang ibu dapat
mengalami perdarahan dengan tampon di dalam vagina. Hal ini bahkan merupakan
sumber terjadinya infeksi.
|
Gurita
atau sejenisnya
|
Selama dua
jam pertama segera setelah pascara persalina, adanya gurita akan menyulitkan
petugas pada saat memeriksa fundus apakah berkontraksi dengan baik.
|
Memisahkan
bayi dan ibu
|
Bayi
benar-benar siaga selama dua jam pertama setelah kelahiran. Hal ini merupakan
waktu yang baik bagi dan bayi saling berhubungan. Berikan kesemptan bagi
keduanya untuk pemberian ASI
|
Menduduki
sesuatu yang panas
|
Duduk di atas
bara yang panas dapat menyebabkan vaso dilatasi, menurunkan tekanan darah ibu
dan menambah perdarahan. Juga dapat menyebabkan dehidrasi
|
3
DAFTAR PUSTAKA
1.
Rukiah, Ai Yayah Dkk.
2009. Asuhan Kebidanan Persalinan
II . Jakarta : CV. Trans Info Media
2. Varney
Helen. 2008. Buku Ajar Asuhan Kebidanan. Jakarta : EGC
3. Wiknjosastro,
gulardi hanifa. 2002. Buku Panduan Praktis Pelayanan Kesehatan Maternal dan
Neonatal. Jakarta : Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo
4. Damayanti,
ika putri Dkk. 2014. Buku Ajar Asuhan Kebidanan Kompreherensif pada Ibu
Bersalin dan Bayi Baru Lahi. Jogjakarta : Deepublish
5. Wiknjosastro,
gulardi hanifa. 2008. Pelatihan Klinik Asuhan Persalinan Normal. JPNP-KR
6. Klaus, M
H., and Kennel, J H. 1982. Parent-Infant
Bonding. St. Louis, MO: Mosby,
7. Reghard,
L,. and Alade, M. O. Effect of Delivery Room Routines on Success of Frist
Breastfreed. Lancet 336:1105, 1990.
8. Widstrom
A-M., Wahlbreg, V., Matthiesen, A. S. et al. Short-trem Effect of Early
Suckling and Touch of Nipple on Maternal
Behavior. Early Hum. Dev. 21:153, 1990
9. Widstrom
A-M., Ransjo-Arvidson, A. B., Christensson, K., et al. Gastric Suction in
Healty Newborn Infants. Effect on Ciculation and Develoving Feeding Behavior.
Acta Paediatr Scand. 76(4):566, 1987
10. ejournal.poltekkes-smg.ac.id/ojs/index.php/jurkeb/article/download/.../62